SHOLAWAT NUR MUHAMMAD DAN SHOLAWAT DIRI (صَلَوَاتْ نَفْسِ )


Didalam sholat itu ada SHOLAWAT NUR Muhammad dan SHOLAWAT DIRI KITA, juga syahadat dan SHOLAWAT UTAMA..

Syahadat dan sholawat Ibrohim dari Allahumma sholli ‘alaa s/d innaka hamidum majiid (itulah sholawat utama)

Saya pernah dulu diberitahukan kalau mau sakarotil maut tidak susah, mudah pulang ke rohmatulloh, segala pekerjaan menjadi mudah, di suruh baca sholawat Nur Muhammad dan sholawat diri 100x dalam sehari semalam.

Cara bacanya dijadikan satu :

اَلصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَ رَحْمَةُ لٰلهِّ وَ بَرَكَاتُهُ ٬ اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَ عَلٰى عِبَادِ لٰلهِّ الصَّالِحِيْنَ. ۱۰۰

ASHSHOLAATU WASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA ROHMATULLOOHI WA BAROKAATUH, ASSALAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBADILLAAHISH SHOOLIHIIN : 100x. Rutin saja setiap hari semalam.

Kalau kita sudah baca itu 100x, sama saja kita sudah salam sama saudara kita semua kalau istilah jawanya sedulur 4 kalima pancer, suatu saat itu akan menemui kita.

Dibacanya jangan lebih dari 100x ya… Cukup 100x saja yang penting rutin, Waktunya bebas, yang penting sehari semalam mengisi. Waktunya Perputaran harinya dari ‘ASHAR ketemu ‘ASHAR.

Ijazah sholawat ini pertama kali saya dapatkan dari paman saya sendiri (ustadz M. Romli), ketika itu saya datang ke tempat nya. Singkat cerita, beliau berkata: Aku melihat sholawat di dalam hatimu, namanya sholawat NAFSI, aku baru sekarang tahu sholawat ini, silahkan kamu baca, sholawat ini yang cocok untukmu, sehingga kalau sholawat ini kamu baca satu kali lebih baik dan sempurna dari sholawat NARIYAH, begitulah yang aku lihat.

Kemudian saya dapatkan ijazah kedua dari Abah Raffi Cirebon tanpa tambahan اَلصَّلَاةُ di depannya, dan keterangan ijazah yang saya pakai di atas garis adalah dari Abah Raffi agar lebih mudah di fahami.

Kemudian juga saya dapatkan ijazah dari SANAD yang lain, dengan kisah di bawah ini:

MIMPI BERTEMU RASULULLAH SAW

Guru kita AlHabib Quraisy Baharun, Sudah di Ijazahi Shalawat dari beliau, Untuk siapa pun yang ingin.. Silahkan dibaca dan Amalkan. ( Untuk memudahkan rezeki dan menyampaikan Hajat ) Saya mendengar langsung cerita ini dari salah seorang santri senior Habib Quraisy, yangbersyukur telah menjadi santrinya, dia berkata : Tidak seperti biasanya disaat sholat subuh wajah habib begitu berseri bahagia, pagi itu saat saya menjadi orang pertama yang bersalaman dengan nya beliau pun langsung memberi hadiah uang Rp 500.000 kepada saya, agak bingung saya menerimanya, beliau berkata: Hadiah buat kamu karna saya hari ini dapat rizki, sambil tersenyum.

Saya pun penasaran dan dihari yang sama saya beranikan diri untuk bertanya mengapa hari itu beliau begitu lembut dan bahagia, beliau terlihat agak ragu untu berkata namun dengan mata berkaca kaca sekali terlihat wajahnya terharu yang pada akhirnya Beliau bercerita: Di hari minggu itu tanggal 13 Desember 2014 saya keluar dari rumah jam 07 pagi seperti biasa melaksanakan kewajiban sebagai pengasuh Pesantren lalu berangkat untuk berdakwah dibeberapa tempat dipelosok dan pegunungan Kabupaten Kuningan Jawa Barat dimana di daerah itulah saya ditunjuk Guru mulia Alhabib Umar bin Hafidz untuk menetap dua tahun terakhir ini, Sepanjang pagi siang dan malam saya berpindah dari satu tempat ke  tempat lainnya dan tanpa terasa saat kembali masuk rumah saya melihat jam sudah menunjukkan hamper 02.00 dini hari, ada rasa malu untuk untuk mengeluh lelah saat teringat bagaimana junjunganku Muhammad saw sangat prihatin penuh derita dalam berdakwah, maka saat itu saya hanyabisa berdoa: Ya Allah limpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan balaslah kebaikan beliau kepada kami dengan sebaik” balasan yang pernah Engkau berikan kepada hambaMu. lalu sayapun bersiap untuk istirahat dan tidur mumpung masih ada sedikit waktu menjelang adzan subuh. Namun Subhanallah… Senin dini hari 14 Desember 2014 sekitar jam 03.00 saat tidur itulah saya bermimpi: Seakan saya sangat lelah karena sedang menanggung beban dan berbagai permasalahan berat yang nyaris saya tidak sanggup lagi memikulnya, saya coba mencari Hb Gasim Baharun (almarhum ayah saya) untuk curhat sekaligus minta doa pada beliau, saya pun bergegas mencarinya dan ternyata beliau sedang menghadir majlis yang dipimpin oleh Rasulullah saw. tampak wajah Nabi Muhammad Sangat indah rupawan bersinar bagaikan bulan purnama di malam yang amat cerah, dimajelis itupun juga hadir Guru Mulia alhabib Umar bin Hafidz, saya mendekati alm. Ayah saya sambil menunggu kesempatan yang tepat untuk membicarakan masalah saya, saat majelis selesai dan jamaah mulai lengang saya coba beranikan diri sambil berbisik menceritakan beban yang sedang saya alami selama ini, lalu beliau berkata dengan suara yang jelas hingga di dengar oleh Rasulullah saw juga oleh habib Umar:” ceritakan pada gurumu mumpung dia sekarang sedang dihadapanmu…, terkejut saya dengan suara alm. ayah dan dengan sebab suara itu pula Rasulullah beserta habib Umar menoleh ke arah saya, Subhanallah.. walhamdulillah, wajah lembut dan teduh Nabi saw ibarat lautan biru seorang pelindung hakiki, dan senyumannya yang tulusnya itu…ya Allah….ingin rasanya memeluknya dan menangis dipangkuan mulianya sambil menumpahkan Segala apa yg selama ini saya rasakan sangat menghimpit dada. Tiba2 beliau berkata: “katakanlah hai Quraisy, aku adalah Nabimu dan kakekmu…..” tak kuasa air mata ini mengalir deras dihadapannya tanpa saya mampuberkata. masih tetap dengan pandangan dan senyuman yang terlihat teduh dari bibir dan wajah sucinya beliau berkata: hai quraisy, ucapkanlah ” ASSHALATU WASSALAMU ALAYKA AYYUHAN NABIYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUH” Saya pun dengan terbata dan diiringi derasnya cucuran air mata mengucapkan:. assholatu was salaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh. Tiba” guru mulia alhabib Umar meminta izin kepada nabi untuk berbicara kepada saya dan nabipun mengangguk mengiakan, kata habib umar,: Quraisy…, Jika kamu atau Teman temanmu atau siapapun dari umat ini membaca “Assholatu was salaamu alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh” hingga 100 kali dalam sehari Maka mustahil Nabimu tidak memperhatikanmu, kata guru mulia dibarengi dengan anggukan kepala Nabi yang bersorban putih bersih berkali” tanda setuju. Ya Allaaah……. Saya kaget dan terbangun dari tidur dengan perasaan bahagia dan gembira, walaupun masih jelas terdengar isak tangis dengan deras linangan air mata yang terbawa dari mimpi. Alhamdulillah Ya Allah… Maha Agung Engkau dengan sifat Rahman dan RahimMu…. manusia sekotor saya Ternyata masih diperhatikan dan didatangi juga oleh Rasulullah Sang Nabi pembawa Rahmat walau hanya dalam mimpi…lanjutnya sambil terus menyeka air matanya. Tanpa terasa saya pun menangis, air mata deras mengalir dipipi saat saya dengan seksama mendengarkan tutur mimpi beliau alhabib Quraisy, guru yang sangat saya cintai. Dalam hati ini saya menjerit, ya Rabb…kapan saya bisa bermimpi Rasulullah saw seperti guru saya. Salam kepadamu Ya Rasulallah.. Salam kepadamu Ya Nabiyallah… Salam kepadamu Duhai kekasih Allah. Cerita Ini disampaikan oleh Ustadz Muhammad Pontianak Wallahu a’lam Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa’ala alihi washobihi wasalim.

Kajian Suluk Sêh Malaya (9:10-15): Mati di Dalam Hidup


Kajian Suluk Sêh Malaya (9:10-15): Mati di Dalam Hidup
Pupuh 9, bait 10-15, Dhandhang Gula (metrum: 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a), Suluk Seh Malaya:

Wuruk iku upamane wiji, kang winuruk upamaning kisma. Anglir kacang lawan dhêle, sinêbar anèng watu, yèn watune datanpa siti, kodanan kapanasan, yêkti datan thukul. Yèn sira wus wicaksana, tingalira sirnakna ananirèki, dadya tingaling suksma,

yèn dadia anggêpira yêkti, yèn angrasa roro maksih was-was, kêna ing rêngu yêktine. Yèn wus sawiji kang wujut, sakarêntêgira ing ati, ingkang sinêdya têka, kang kacipta rawuh. Wus kawêngku anèng sira, jagat kabèh jêr sira kinarya yêkti, gêgêntining sêsêgah.

Yèn wus mudhêng pratikêl puniki, dèn awingit sarta dèn asasap, sasap pamèr panganggone, nanging ing batinipun, ing sakêdhap tan kêna lali. Laire sasapana, kawruh patang dhapur, padha gêpên sadayanya, kalimane kang siji iku prêmati, kanggo ing kene kana.

Liring mati sajroning ngaurip, urip iku sajroning apêjah, urip bae salawase, kang mati iku napsu, badan lair darma nglakoni, katampan badan nyawa, aworing sawujut, pagene ngrasa matia. Sèh Malaya tyasira padhang nampani, wahyu nugraha prapta,

lir sasôngka katawêng ing riris, praptaning wahyu ngima nir maya, sumilak ilang rêgêde. Angling malih nulyarum, Nabi Kilir manis aririh, tan ana aji paran, kabèh wus kawêngku, tan ana ingulatana, kaprawiran kadigdayan wus kawingking, kabèh rèhing ayuda.

Sampun têlas wulanging jêng nabi, Sèh Malaya ing tyas datan kewran, wruh namane ing dhèwèke, ardaning swara muluk, tanpa êlar anjajah bangkit, sawêngkon jagat driya, angganya amêngku, mantêp pamardining basa, saengganya sêkar maksih kudhup lami, mangkya mêkar ambabar.

.
Kajian per kata:

Wuruk (pendidikan) iku (itu) upamane (umpama) wiji (biji), kang (yang) winuruk (dididik) upamaning (seumpama) kisma (tanah). Pendidikan itu seumpama menanam biji, yang dididik seumpama tanah.

Ilmu, pengajaran, pendidikan dan pelatihan itu seumpama biji. Butuh tanah untuk media tumbuh. Tanahnya adalah orang yang diberikan ilmu, pengajaran, pendidikan dan pelatihan tadi. Bila tanahnya cocok dengan bijinya maka biji bisa tumbuh dengan baik. Bila tanahnya tidak cocok maka tumbuhnya pun kurang baik.

Anglir (seperti) kacang (kadang) lawan (dan) dhêle (kedelai), sinêbar (disebar) anèng (ada di) watu (batu), yèn (kalau) watune (batunya) datanpa (tanpa) siti (tanah), kodanan (kehujanan) kapanasan (kepanasan), yêkti (sungguh) datan (tidak) thukul (tumbuh). Seperti kacang dan kedelai, disebar pada batu, kalau batunya tanpa tanah, kehujanan dan kepanasan, sungguh tidak tumbuh.

Bahkan bila disebar di media yang tidak ada tanahnya si biji tidak akan tumbuh. Seumpama biji kacang yang disemai di atas batu, bila batunya tidak mengandung tanah maka biji kacang tidak akan tumbuh. Biji akan kering atau membusuk karena penopang hidupnya tidak ada.

Yèn (kalau) sira (engkau) wus (sudah) wicaksana (bijaksana), tingalira (penglihatanmu) sirnakna (hilangkah) ananirèki (keberadaannya), dadya (menjadi) tingaling (penglihatan) Suksma (Yang Maha Suci), yèn (kalau) dadia (menjadi) anggêpira (anggapanmu) yêkti (sungguh), yèn (kalau) angrasa (merasa) roro (dua) maksih (masih) was–was (ragu-ragu, belum yakin), kêna (terkena) ing (oleh) rêngu (keraguan) yêktine (sebenarnya). Kalau engkau sudah bijaksana penglihatanmu hilangkan keberadaannya, menjadi penglihatan Yang Maha Suci, kalau menjadi anggapanmu sungguh kalau merasa dua masih ragu-ragu, terkena keraguan sebenarnya.

Kalau engkau sudah bijaksana penglihatanmu akan sirna, berganti menjadi penglihatan Yang Maha Suci. Kalau masih ada rasa was-was atau ragu-ragu artinya masih terkena keraguan dalam hatinya. Tanda belum sepenuhnya mendapat anugrah dari Yang Maha Kuasa. Ibarat biji yang belum tumbuh sempurna karena media tanam atau tanahnya kurang baik.

Yèn (kalau) wus (sudah) sawiji (menyatu) kang wujut (wujudnya), sakarêntêgira (sekehendaknya) ing (dalam) ati (hati), ingkang (yang) sinêdya (dikehendaki) têka (datang), kang (yang) kacipta (dipikirkan) rawuh (hadir). Kalau sudah menyatu wujudnya sekehendak dalam hati, yang dikehendaki datang, yang dipikirkan hadir.

Akan halnya bila wujud hamba sudah menyatu dengan wujud Tuhannya, maka sekehendak hati bisa terwujud. Yang dikehendaki datang akan datang.

Wus (sudah) kawêngku (dikuasai) anèng (ada di) sira (kamu), jagat (jagad) kabèh (semua) jêr (oleh karena) sira (engkau) kinarya (sebagai) yêkti (sungguh), gêgêntining (pengganti dari) sêsêgah (jamuan). Sudah dikuasai padamu jagad semuanya oleh karena engkau sebagai pengganti jamuan.

Jika sudah mencapai penyatuan wujud maka jagad laksana sudah dikuasai. Yang demikian ini merupakan perjamuan Tuhan kepada hamba-hambanya.

Yèn (kalau) wus (sudah) mudhêng (mengerti) pratikêl (perbuatan, laku) puniki (ini), dèn (yang) awingit (tersembunyi) sarta (serta) dèn asasap (ditutupi), sasap (tutup) pamèr (memamerkan) panganggone (yang dipakai, yang dilakukan), nanging (tapi) ing (dalam) batinipun (batinnya), ing (dalam) sakêdhap (sekejap) tan (tak) kêna (boleh) lali (lupa). Kalau sudah memahami laku-perbuatan ini, yang tersembunyi serta ditutupi, tutup dari memamerkan yang dilakukan, tapi dalam batinnya dalam sekejap tak boleh lupa.

Jika sudah mengetahui laku-perbuatan ini maka hendaknya menyembunyikan apa-apa yang telah dicapainya dari orang banyak. Hendaknya ditutupi di dalam penampilan sehari-hari. Janganlah diungkapkan kepada sembarang orang. Namun, walau secara lahir tidak ditampakkan dalam batin tidak boleh dilupakan walau sekejap. Amalan-amalan atau laku-perbuatan yang berkaitan harus tetap dilakukan.

Laire (lahirnya) sasapana (tutupilah), kawruh (pengetahuan) patang (empat) dhapur (rupa, macam), padha (sama) gêpên (anggaplah) sadayanya (semuanya), kalimane (kelimanya) kang (yang) siji (satu) iku (itu) prêmati (rapat), kanggo (untuk) ing (di) kene (sini) kana (di sana). Secara lahir tutupilah dengan pengetahuan empat macam, anggaplah semuanya, kelimanya yang satu itu (simpanlah) rapat untuk di sini-sana.

Liring (arti dari) mati (mati) sajroning (di dalam) ngaurip (hidup), urip (hidup) iku (itu) sajroning (di dalam) apêjah (mati), urip (hidup) bae (saja) salawase (selamanya), kang (yang) mati (mati) iku (itu) napsu (nfasu), badan (badan) lair (lahir) darma (sekadar) nglakoni (menjalani), katampan (mendapat) badan (badan) nyawa (nyawa), aworing (bercampur) sawujut (satu wujud), pagene (sebab mengapa) ngrasa (merasa) matia (matilah). Arti dari mati di dalam hidup, hidup di dalam mati, adalah hidup saja selamanya yang mati adalah nafsu, badan lahir sekadar menjalani, mendapat badan-nyawa bercampur dalam satu wujud, sebab mengapa merasa matilah.

Arti dari perkataan: mati sajroning urip, urip sajroning mati adalah tetap hidup seperti biasa tetapi mati nafsunya. Badan sekadar menjalani kewajiban sebagaimana orang hidup, keinginan dalam diri harus dimusnahkan. Sudah mendapat badan dan nyawa yang bercampur dalam satu wujud, sungguh sudah merupakan satu anugrah. Itulah sebab mengapa kita harus mematikan nafsu dalam diri.

Sèh (Syekh) Malaya (Malaya) tyasira (hatinya) padhang (terang) nampani (menerima), wahyu (wahyu) nugraha (anugrah) prapta (datang), lir (seperti) sasôngka (bulan) katawêng (diliputi) ing (oleh) riris (hujan), praptaning (datangnya dari) wahyu (wahyu) ngima (mendung) nir (hilang) maya (bening, bersih), sumilak (tersapu) ilang (hilang) rêgêde (kotorannya). Syekh Malaya hatinya terang menerima wahyu anugrah yang datang, seperti bulan dilimputi hujan, datangnya wahyu seperti mendung hilang bersih, tersapu hilang kotorannya.

Syekh Malaya hatinya terang benderang, ibarat bulan yang diliputi hujan tipis-tipis yang menimbulkan kesejukan. Datangnya wahyu seperti menghilangkan mendung di langit, menyapu bersih semua kotoran.

Angling (berkata) malih (lagi) nulyarum (segera dengan harum), Nabi (Nabi) Kilir (Kidlir) manis (manis) aririh (pelan), tan (tak) ana (ada) aji (berharga) paran (pertanyaan, mengapa), kabèh (semua) wus (sudah) kawêngku (dikuasai), tan (tak) ana (ada) ingulatana (terlihat), kaprawiran (keperwiraan) kadigdayan (kesaktian) wus (sudah) kawingking (terlewat), kabèh (semua) rèhing (hal tentang) ayuda (berperang). Berkata lagi segera dengan harum, Nabi Kidlir manis dengan pelan, tak ada pertanyaan berharga lagi, semua sudah dikuasai, tak ada yang perlu dilihat, keperwiraan dan kesaktian sudah lewat, semua hal tentang berperang.

Apa yang diajarkan Nabi Kidlir itu sudah tuntas. Tak ada lagi hal-hal berharga yang perlu ditanyakan. Segala hal sudah terlihat dengan jelas. Soal keperwiraan dan kesaktian sudah terlewat, begitu juga tentang hal berperang.

Sampun (sudah) têlas (habis) wulanging (pengajaran dari) jêng (Kangjeng) Nabi (Nabi), Sèh (Syekh) Malaya (Malaya) ing (dalam) tyas (hati) datan (tidak) kewran (bingung, repot), wruh (mengetahui) namane (namanya) ing (pada) dhèwèke (dirinya), ardaning (keinginan sangat) swara (suara) muluk (mengangkasa), tanpa (tanpa) êlar (sayap) anjajah (menjelajah) bangkit (bangkit), sawêngkon (sewilayah) jagat (jagad) driya (hati, indera), angganya (badannya) amêngku (menguasai), mantêp (mantap) pamardining (pembelajaran) basa (bahasa), saengganya (sampai) sêkar (bunga) maksih (masih) kudhup (kuncup) lami (semula, lama), mangkya (sekarang) mêkar (mekar) ambabar (semerbak). Sudah habis pengajaran dari Kangjeng Nabi, Syekh Malaya dalam hati tidak bingung, mengetahui namanya pada dirinya, keinginan yang sangat laksana terbang mengangkasa tanpa sayap menjelajah bangkit, sewilayah jagad hati, badannya menguasai, mantap pembelajaran bahasa, sampai bunga yang masih kuncup semula, sekarang mekar semerbak.

Sudah habis pengajaran dari Kangjeng Nabi Kidlir. Syekh Malaya sudah tidak merasa bingung lagi. Semua sudah terlihat jelas terang benderang baginya. Keinginannya sangat mendesak untuk menjelajah angkasa, terbang tanpa sayap mengarungi samudera wujud. Dirinya kini laksana bunga yang selama ini menguncup, lalu tiba-tiba mekar semerbak wanginya.

Kandang Ayam Terbakar di Bandingan Kejobong Purbalingga, Kerugian Capai Rp 1,5 M — RADAR Banyumas


PURBALINGGA- Kandang ayam berukuran 65 meter x 8 meter di Desa Bandingan RT 17 RW 7 terbakar, Rabu (13/1) dinihari. Belasan ribu ekor ayam milik Mustofa (50) ludes terpanggang tak terselamatkan. Akibat kejadian itu, kerugian ditaksir mencapai Rp 1,5 miliar. Kepala Satpol PP Purbalingga, Drs Suroto MSi menyampaikan, kejadian diketahui pemilik kandang menjelang salat Subuh.…

Kandang Ayam Terbakar di Bandingan Kejobong Purbalingga, Kerugian Capai Rp 1,5 M — RADAR Banyumas

SYIRIK MINTA TOLONG KEPADA MAKHLUK ALLOH?


Minta obat ke dokter, minta maaf ke orang lain, minta tolong ke tetangga untuk membantu memperbaiki rumah, minta tolong ke isteri apa termasuk syirik mas? wah gampang banget sampean menuduh satu perbuatan itu syirik… KATANYA HANYA KEPADA ALLAH TEMPAT MEMINTA…

Syirik itu menduakan Tuhan. Kalau meminta tolong kepada orang lain, meminta tolong kepada tetangga, meminta tolong kepada anak untuk membelikan rokok, atau meminta bantuan jin yang lebih berilmu untuk mengajari kita ilmu-ilmu tertentu itu artinya tidak menduakan Tuhan… Surah Al Ikhlas HANYA KEPADA ALLAH KAMI MEMOHON PERTOLONGAN itu makna hakikatnya. Syariatnya adalah tetap boleh meminta bantuan kepada siapapun juga asalkan tidak memaksa dan sesuai dengan etika yang berlaku.

Bahkan Rasulullah s.a.w. pernah minta bantuan kepada orang-orang Yahudi dalam bidang militer dan memberinya ghanimah. Nah, apakah dengan demikian Rasulullah termasuk syirik?

Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, KECUALI bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.

BAGANA


Bagana atau Barisan Ansor Tanggap Bencana adalah perangkat organisasi Gerakan Pemuda Ansor dan Banser sebagai wadah untuk melakukan aksi-aksi sosial kemanusiaan penanggulangan bencana. Bagana terdiri dari para relawan kader Gerakan Pemuda Ansor yang memiliki kepedulian dan kecakapan khusus dalam penanggulangan bencana.

Tugas Bagana

  • merencanakan, mempersiapkan dan mengamalkan cita–cita perjuangan Gerakan Pemuda Ansor serta menyelamatkan dan mengembangkan hasil – hasil perjuangan yang telah dicapai.
  • Melaksanakan program sosial kemanusiaan dalam kerangka penanggulangan bencana sejak masa kesiagaan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi hingga pemulihan akibat bencana.
  • Menciptakan sumber daya manusia yang peduli terhadap bencana dan melestarikan sumber daya alam.

Sebagai relawan penanggulangan bencana, Bagana berkewajiban untuk melakukan kegiatan penaanggulangan, taat peraturan dan prosedur kebencanaan yang berlaku, menjunjung tinggi azas dan prinsip kerja relawan, memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan kapasitas dan kemamapuan, serta menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas kemanusiaan.

Selain kewajibab, relawan Bagana juga berhaak untuk mendapatkan pengakuan atas peran dan tugasnya sesuai dengan keterampilan dan keahliannya, mendapatkan pengetahuanm tentang menanggulangan bencana, dan berhak untuk mengundurkan diri sebagai relawan.

Kegiatan Bagana mencakup penanggulangan bencana, sosial kemasyarakatan, pembangunan dan bingkai pengurangan risiko bencana sesuai dengan arus utama penanggulangan bencana di Indonesia yang termaktub dalam UU No. 24 tahun 2007.

Pengerahan Bagana bisa dilakukan dengan dua cara, yakni secara mandiri atau atas permintaan pemerintah.

Banser Jadi Bullian di Sosmed


PAC GP Ansor Mojowarno

Gara-gara mempersempit ruang gerak Hizbut Tahrir, akhirnya Banser menjadi sasaran hinaan, olok-olok dan sebagainya.

Orang-orang uploud foto keranda, gapura, kalender, atau apapun saja yang disitu terdapat kalimah tauhid. Kemudian narasi yang ditulis antara lain sperti ini:

“Awas, kain keranda ada kalimah tauhidnya, hati-hati ketemu Banser bisa dipersekusi”.

Niat mereka sebenarnya membuly Barisan Ansor Serbaguna (BANSER), Tapi di sinilah justru terlihat bedanya antara Banser dengan mereka..

Banser telah sampai pada tingkat kemampuan membaca “ide” yang tersembunyi dibalik simbul, sementara mereka masih terpukau kemilau simbul lahiriah.

Lain dari itu mereka juga dengan ghirah meninggi berseru “kita bersaudara karena kalimat tauhid”.

Betul sekali, tetapi jangan lupa didalam kalimah tauhid terdapat ide-ide universal seperti rahmatan lil ‘alamin, ta’aruf antar suku dan bangsa yang perbedaanya merupakan keniscayaan, menjaga tanah air beserta semua yang ada didalamnya, dan juga ada “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”, sebuah konsep saling menghargai dan menghormati.

Kalimah tauhid mengikat kita dengan tali…

Lihat pos aslinya 81 kata lagi

Banser Tak Pernah Ingkar Janji


PAC GP Ansor Mojowarno

Banser dan NU yang selalu terdepan dalam menjaga Pancasila dan NKRI. Bagaimana posisi dan peranan Banser dalam ke-Indonesia-an kita hari ini. Hal ini di sampaikan oleh Usman Hasan ketua tanfidziah MWC NU Mojowarno, saat berikan sambutan dalam acara kunjungan kerja dan safari ramadhan Polres Jombang di masjid Baitussalam Mojoduwur, Mojowarno 25/5.

“Banser tidak pernah meninggalkan Polri, dimana ada Banser disitu ada Polisi, dimana ada Polisi disitu pula ada Banser. Kita selalu sinergi dengan tiga pilar untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga”, ungkapnya.

Banser sebagaimana NU selalu tegak lurus menempatkan Indonesia sebagai pilar utama perjuangannya sepanjang waktu.
Riyanto, pahlawan Banser yang meninggal akibat menyelamatkan pemboman gereja di Mojokerto adalah satu dari sekian banyak pengorbanan yang telah diberikan Banser kepada republik ini.

Jejak-jejak sejarah gemilang Banser dalam menjaga Indonesia tidak akan mudah dikikis oleh sekelompok orang yang membajak islam untuk kepentingan politik mereka sendiri. Sekelompok orang yang menunggangi islam untuk…

Lihat pos aslinya 76 kata lagi


alangalangkumitir

Kidungan punika serat kina pralambangipun ngelmu Islam ingkang sajati, tuwin minangka wawarah pamujining kawula dateng Gusti, iketanipun Kanjeng Susuhunan Kalijaga Waliyullah; kasambet iketanipun Kyai Rangga Sutrasna pujangga.

Babon asli saking kagungan dalem
Gusti Kanjeng Ratu Pambayun
putri ing karaton dalem SURAKARTA ADININGRAT
.

Tembang Dhandhanggula


… 01 …

Ono kidung rumekso ing wengi, teguh ayu luputa ing lara, luputa bilai kabeh, jim setan datan purun, paneluhan tan ana wani, miwah panggawe ala, gunaning wong luput, geni atemahan tirta, maling adoh tan ana mgarah mring mami,guno duduk pan sirno.

… 02 …

Sakehing lara pan samya bali, sakeh ngama pan sami miruda, welas asih pandulune, sakehing braja luput, kadi kapuk tibaning wesi, sakehing wisa tawa, sato galak tutut, kayu aeng lemah sangar, songing landk guwane wong lemah miring, myang pakiponing merak.

… 03 …

Pangupakaning warak sakalir, nadjan arca myang sagara asat, temahan rahayu kabeh, apan sarira ayu, ingideran kang widadari…

Lihat pos aslinya 4.499 kata lagi

SULUK TEGESIPUN AKSARA ALIP


alangalangkumitir

Anggitanipun Abdi-dalem Pangeran Wijil Kadilangu. 

Sekar Asmaradana : 24 pada. 

  1. Kawruhana kang sayekti, nyatane alip punika, lawan maknane alipe, lan asale alip punika, saking neptu jatinya, lan asale ingkang neptu, puniku saking ing derah.
  2. Lan maknane derah iki,  gih puniku roh kang samar, lan maknane roh kapine, puniku kinawruhana, iya sir ing Pangeran, iya iku maknanipun, puniku den-kawruhana.
  3. Dalil daim sanusiri, wa’ana siruhu ika, lan maknane sajatine, puniku cahyaning ngedat, nyata maknane ika, satuhune ing Hyang Ngagung, puniku nyataning ngedat.
  4. Utami ati kang yekti, puniku kejatenira, kawruhana mupung mangke, ingkang ingaran punika, neptu kajatenira, utawi kang neptu iku, nalikane jaman kina.
  5. Ngisthi puniku kang dhingin, pan iya patang prakara, kang dhingin patah aran, lan kaping kaliye kapal, kaping tigane rapak, kaping sakawane neptu, iku sira kawruhana.
  6. Maknane patah winarni, namane eroh punika, maknane kapal jatine, puniku namane kalam, lawan maknane rapak, asmane budi kang luhur, maknane neptu pan…

Lihat pos aslinya 1.195 kata lagi